Contoh Pengamalan Pancasila Sila ke- 2
|
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Sabtu/21 Desember 2013
Waktu Pelaksanaan : 13.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Masjid At-Taqwa Rt 04 Bojonggede dan Rumah Bpk. Sunardi
Narasumber : Bpk. Sunardi
Pewawancara : Azmal Harun Arrasyid
Tema Wawancara : Menghayati sila ke-2 pancasila
Tujuan Wawancara : Diharapkan dapat menghayati sila ke-2 dari pancasila serta menumbuhkan rasa empati dengan masyarakat yang kurang beruntung di bidang ekonomi.
Hasil Wawancara
Salah satu keluarga yang kurang beruntung dalam segi ekonomi adalah keluarga bpk Sunardi. Beliau tinggal di lingkungan rt 04 tempat saya tinggal. Kebetulan beliau sedang ikut solat berjamaah bersama saya. Saya sudah sering melihat bpk Sunardi, tapi kami jarang bertegur sapa, bahkan saya tidak tahu nama dan tempat tinggal beliau, padahal jarak rumah beliau tidak terlalu jauh dari rumah saya. Saya sempat bercerita dengan ketua rt di tempat tinggal saya dan beliau mengenalkan saya dengan Bpk Sunardi. Bpk Sunardi menceritakan apa yang saya ingin ketahui. Yang saya tanyakan pertama kali adalah apa pekerjaan beliau selama ini. Beliau bekerja di makam yang tidak terlalu jauh dari rumah saya, beliau membersihkan makam, memotong alang-alang yang terlalu tinggi, beliau juga kadang menjadi tukang gali kubur jika ada yang meninggal di lingkungan kami. Lalu saya bertanya apakah penghasilannya cukup untuk beliau dan keluarganya. Pengahasilannya hanya cukup untuk biaya makan, jajan anak-anaknya dan biaya sekolah anak-anaknya. Saya bertanya lagi tentang keluarganya. Beliau memiliki seorang istri bernama ibu Ida dan juga dua orang anak, anaknya pertama perempuan bernama Yuli (14 tahun) dan yang kedua laki-laki bernama Khaerul (8 tahun).
Kedua anak beliau sekolah Madrasah dekat rumah saya, sekolah mereka mendapat subsidi dana bantuan operasional sekolah (BOS) jadi bpk sunardi tidak perlu terlalu memusingkan biaya sekolah anak-anaknya. Saya juga bertanya tentang bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM), beliau memang mendapatkan BLSM tersebut, tapi pada saat pengambilan dana tersebut, dananya dipotong dari Rp 300.000,- dipotong Rp 50.000,- jadi Rp 250.000,- saja. Awalnya memang beliau tidak merasa keberatan. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, kenaikan harga bbm mempengaruhi harga sembako. Beliau mengaku sangat berat dengan kenaikan harga sembako yang tidak terkendali, penghasilan beliau yang tadinya cukup, sekarang jadi berkurang. Saya juga penasaran darimana beliau mendapatkan uang jika hanya memotong alang-alang yang tinggi dan membersihkan makam saja.
Beliau mendapatkan uangnya dari kas rt/rw setempat dan sedekah mesjid, beliau juga mendapat infak dan sedekah dari orang yang sedang melayat di kuburan, ada juga penghasilan yang hanya kadang-kadang saja beliau dapatkan yaitu pada saat ada yang meninggal di lingkungan sekitar rumah kami, beliau mendapat upah dari menggali kubur, tapi menggali kubur tidak setiap hari ia jalani meskipun upah menggali kubur lebih besar daripada upah harian yang beliau dapatkan dari kas rt/rw atau dari sedekah mesjid sekitar lingkungan. Meskipun begitu, beliau tidak pernah patah semangat untuk menghidupi keluarganya, warga di lingkungan rt 04 pun tidak pernah memandang rendah pekerjaan beliau, warga rt 04 tidak membedakan apakah dia orang miskin atau orang kaya. Beliau pun aktif bersosialisasi, beliau sudah dikenal oleh sebagian besar bapak-bapak yang ada di lingkungan rt 04. Setiap ada kegiatan kerja bakti, beliau tidak pernah absen dari kegiatan tersebut. Beliau sangat aktif, contohnya saja ketika ada pembangunan mesjid di rt 04 ini, beliau salah satu warga yang selalu berperan aktif dalam kerja bakti pembangunan mesjid. Saya baru tahu ternyata rumah bpk Sunardi baru di aliri listrik sejak tahun 2001, padahal desa kami tidak terlalu jauh dari ibukota Jakarta, tapi kenapa masih ada yang belum tersentuh listrik oleh PLN. Beliau dan keluarga tinggal di rumah semi-permanen, rumah beliau hanya memiliki satu kamar, satu ruang tamu, satu kamar mandi dan satu dapur.
Bpk Sunardi tidak pernah mengeluhkan kondisi perekonomian keluarganya, mesikpun orang melihat beliau hidup serba kekurangan, tapi beliau menganggap hidupnya cukup. Meskipun penyebaran ekonomi belum merata di seluruh sudut desa, tapi beliau masih bisa hidup bahagia dengan keluarganya. Saya diajak oleh beliau mampir ke rumah beliau. Ketika sampai dirumah beliau, hanya ada istri beliau saja, karena kedua anaknya belum pulang sekolah. Saya disuguhkan minum oleh istri beliau, saya sangat terharu melihat keluarga beliau, rumah yang masih beralaskan karpet belum beralaskan keramik. Saya bertanya tentang harga listrik per bulan yang dibayarkan oleh beliau.
Bpk Sunardi tidak pernah mengeluhkan kondisi perekonomian keluarganya, mesikpun orang melihat beliau hidup serba kekurangan, tapi beliau menganggap hidupnya cukup. Meskipun penyebaran ekonomi belum merata di seluruh sudut desa, tapi beliau masih bisa hidup bahagia dengan keluarganya. Saya diajak oleh beliau mampir ke rumah beliau. Ketika sampai dirumah beliau, hanya ada istri beliau saja, karena kedua anaknya belum pulang sekolah. Saya disuguhkan minum oleh istri beliau, saya sangat terharu melihat keluarga beliau, rumah yang masih beralaskan karpet belum beralaskan keramik. Saya bertanya tentang harga listrik per bulan yang dibayarkan oleh beliau.
Beliau membayar Rp 30.000,-/bulan untuk listrik, saya kaget, karena tagihan listrik dirumah saya mencapai Rp 350.000,-/bulannya, memang tidak terlalu banyak peralatan elektronik yang ada di rumah beliau hanya ada 1 televisi, 1 kulkas dan beberapa lampu. Beliau belum menggunakan mesin air, beliau dan keluarganya masih harus menimba air dari sumur. Karena waktu sudah sore, saya pamit ijin pulang kepada bpk Sunardi dan istrinya.
Empati janganlah diartikan sebagai basa basi, tapi ia harus datang dari lubuk hati. Keikhlasan hati kitalah yang akan menentukan kualitas pahala kita di hadapan Allah SWT. Karenanya berempati bukanlah ditujukan untuk sekedar menyenangkan orang lain, atau agar kita dipandang baik oleh orang lain. Tidak untuk itu. Tapi kebaikan hati yang kita kerjakan – dalam hal ini empati – dimaksudkan sebagai amal saleh yang dianjurkan oleh agama. Ridlo Allah adalah tujuan kita dalam beramal. Jangan khawatir, setiap kebaikan yang kita kerjakan pastinya akan menuai kebaikan pula.
Milikilah sikap empati sekarang juga. Beri care dan attention pada orang di sekitar kita, baik yang telah kita kenal ataupun yang belum, karena kebaikan akan membuat semua orang menjadi kawan. Kunjungilah kawanmu yang sakit, hiburlah ia. Bila tidak sempat kirimlah surat, sms, atau titipkan salam pada orang yang mengunjunginya.
Kalau kamu seorang pemimpin, anggaplah teman-teman yang kamu pimpin sebagai kawan, bukan anak buah apalagi jongos. Hormati mereka dan berikan mereka tugas menurut kemampuan mereka. Itulah empati seorang pemimpin pada orang yang mereka pimpin.
Apapun yang ingin kita lakukan (tentunya yang bersifat positif) tidak akan ada halangannya apabila didukung oleh sekitar kita. Didukung oleh lingkungan. Teman, keluarga, masyarakat tetangga bahkan pemerintah adalah lingkungan yang mendukung kita. Itulah yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia memiliki empati. Bisa saling mendukung, saling membantu, tentunya dalam hal-hal yang positif.
Empati janganlah diartikan sebagai basa basi, tapi ia harus datang dari lubuk hati. Keikhlasan hati kitalah yang akan menentukan kualitas pahala kita di hadapan Allah SWT. Karenanya berempati bukanlah ditujukan untuk sekedar menyenangkan orang lain, atau agar kita dipandang baik oleh orang lain. Tidak untuk itu. Tapi kebaikan hati yang kita kerjakan – dalam hal ini empati – dimaksudkan sebagai amal saleh yang dianjurkan oleh agama. Ridlo Allah adalah tujuan kita dalam beramal. Jangan khawatir, setiap kebaikan yang kita kerjakan pastinya akan menuai kebaikan pula.
Milikilah sikap empati sekarang juga. Beri care dan attention pada orang di sekitar kita, baik yang telah kita kenal ataupun yang belum, karena kebaikan akan membuat semua orang menjadi kawan. Kunjungilah kawanmu yang sakit, hiburlah ia. Bila tidak sempat kirimlah surat, sms, atau titipkan salam pada orang yang mengunjunginya.
Kalau kamu seorang pemimpin, anggaplah teman-teman yang kamu pimpin sebagai kawan, bukan anak buah apalagi jongos. Hormati mereka dan berikan mereka tugas menurut kemampuan mereka. Itulah empati seorang pemimpin pada orang yang mereka pimpin.
Apapun yang ingin kita lakukan (tentunya yang bersifat positif) tidak akan ada halangannya apabila didukung oleh sekitar kita. Didukung oleh lingkungan. Teman, keluarga, masyarakat tetangga bahkan pemerintah adalah lingkungan yang mendukung kita. Itulah yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia memiliki empati. Bisa saling mendukung, saling membantu, tentunya dalam hal-hal yang positif.
sumber / penulis : Azmal Harun Arrasyid